Islamic Youth Camp (IYC), suatu acara inspiratif yang aku rasakan di awal bulan Juli ini, tepatnya tanggal 3 – 6 Juli 2011. IYC adalah acara liburan yang diadakan oleh Departemen Bimbingan Remaja dan Anak –Anak (Birena) LDK Al Hurriyyah untuk anak SD dan SMP se-Jabodetabek. Tema IYC tahun ini begitu menggelitik untuk ditelaah lebih jauh, “Berlibur Bersama Sahabat Terbaikku Al Qur’an”, yah itulah tema yang mengandung sejuta makna. Acara ini tentunya dilakukan dengan persiapan ekstra dengan jumlah panitia hanya sekitar 25 orang. Tetapi, jumlah itu tidak membatasi kami untuk berkarya dan melakukan hal yang terbaik untuk kesuksesan IYC. Awalnya kami pesimis akan mendapatkan peserta dengan jumlah sesuai target, tetapi berkat kerja keras dan semangat yang membara kami pun melakukan publikasi ke sekolah – sekolah dengan berbagai cara. Yaah, walaupun salah satunya hanya menyebar pamflet di tiap – tiap mobil orang tua murid saat pembagian rapor dengan diiringi kalimat “Bismillahirrahmanirrahim”, itu adalah usaha yang mulia. Pengoptimalan facebook dan media lain pun digencarkan. Tim Danus dan sponshorship pun tak kalah berperan dalam mencari dana. Mereka selalu mencari celah untuk menambah pemasukan demi suksesnya acara ini. Dan Alhamdulillah, Allah memudahkan rezeki kami.
Inilah saat yang dinantikan, tepat jam 7 pagi di hari Ahad tanggal 3 Juli 2011 para peserta dan orang tua tengah berbondong-bondong membanjiri aula Al Hurriyyah. Alangkah bahagianya hati kami, akhirnya ada 38 peserta yang datang. Jumlah yang cukup memuaskan, walaupun sebenarnya ada rasa sedih ketika mendengar ada peserta yang tidak dating dan membatalkan mengikuti acara ini karena sakit dan alasan lainnya. Sempat takjub di hari pertama, mereka semua berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas sehingga barang – barang yang dibawa kadang terasa asing bagiku. Aku kadang berpikir, beruntung sekali mereka ini, sangat berbeda dengan adik – adik di Birena yang malah sebagian adalah kaum dhuafa. Tapi aku pun berpikir ulang bahwa Allah itu selalu adil kepada hamba-Nya.
Ada semangat luar biasa yang aku dapatkan di hari pertama, ternyata begitu besar harapan orang tua adik kepada kami. Mereka berpesan agar kami memberikan bimbingan terbaik sehingga anak-anak mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan ada salah satu orang tua murid yang berbicara secara pribadi kepada kami. Beliau mengatakan bahwa anaknya, sebut saja X, memiliki karakter yang berbeda dengan anak lainnya (baca : autis) sehingga meminta kesabaran kami dalam membimbingnya. Perkataan-perkataan itu sejenak menyentuh hati dan membuatku ingin menangis. Inilah awal tekad yang membara untuk menciptakan generasi berkarakter Qur’ani melalui IYC di tahun ini.
Acara hari pertama lebih ditekankan pada pengakraban antarpeserta, materi, dan tentunya penerapan kebiasaan tilawah dan hafalan setiap selesai shalat. Materi hari pertama disampaikan oleh seorang pengisi yang memiliki semangat luar biasa. Beliau bernama “Kak Mal”, seorang pendongeng dengan berbagai gaya bicara. Di akhir dongengnya beliau menyampaikan bahwa selama 8 tahun berumah tangga, beliau belum dikaruniai seorang anak. Inilah sisi hebat yang sempat membuatku ternganga. Beliau belum dikaruniai anak tetapi malah memilih profesi sebagai pendongeng untuk anak – anak. Aku yakin di kala melihat anak – anak pasti hatinya miris dan sedih, tetapi mungkin anak – anaklah yang menjadi salah satu sumber kebahagiaannya.
Fokus kembali pada anak bernama X, dari hari pertama dia menunjukkan beberapa keanehan, di antaranya dia suka membawa buku agendanya dan menggambar zombie di buku tersebut. Bahkan aku pernah memergokinya menulis “The King of Darkness”. Tetapi, anak ini sebenarnya bisa diarahkan kalau kita sabar menghadapinya. Si X yang mendapat predikat sebagai peserta teraktif IYC ini juga memiliki potensi luar biasa dan keaktifan yang luar biasa. Semua pemateri pasti disuguhi pertanyaan olehnya. Dia pun sering mendapat doorprize dari pemateri, sebuah buku cantik dari Kak Mal dan sebuah tanaman dari Lab Kultur Jaringan saat outbound di Pesantren Darul Najah, tepatnya di hari kedua IYC. Aku masih teringat betapa besar kasih sayang ibunya saat mendengar percakapannya via telepon sebelum praktek pembuatan yoghurt di Darul Falah Farm,
“Hallo, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam. Ma ini kakak”
“Oh, iya Nak. Gimana kabarnya? Pake HP siapa?”
“Baik Ma. Pake HP fasilitator. Ma nanti kalau ngejemput bawa flash disk ya. Mau ngopi lagu – lagu”
“Oh, iya Nak. Mama siapin flash disknya ya. Lagi apa sekarang, sayang?”
“Lagi outbound Ma. Tadi pas games makan tomat, temen – temen pada gag doyan Ma, jadi kakak makan banyak, jadi kayak rakus gitu. Oh iya Ma, tadi kakak dapat hadiah tanaman lhoh”
“Wah, bagus dong sayang”
…………………………………
Percakapan pun berlanjut dan diakhiri dengan kalimat “Hati – hati ya Sayang”
Percakapan itu menunjukkan betapa sayangnya orang tua kepada anaknya dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki anaknya. Sungguh mengharukan.
Setelah adik – adik melakukan outbound yang melelahkan dengan bimbingan trainer Pemuda Inspirasi, malamnya diisi materi oleh Ammah Dhiau. Beliau juga sangat inspiratif karena dengan sabar membimbing adik – adik dengan gaya keibuan yang sangat memukau. Di sini aku menemukan semangat baru untuk memunculkan karakter keibuan yang bisa menarik hati anak – anak, tentunya sebagai bekal untuk mendidik generasi penerus kita kelak, yaah siapa lagi kalau bukan anak – anak kita.
Dua malam pun berlalu dengan kebahagiaan dan kesibukan yang luar biasa. Namun letih ini tidak terasa karena senyum yang diberikan adik – adik begitu bermakna untuk kami. Walaupun evaluasi dan briefing selalu dilakukan sampai jam 12 malam dan kami harus bangun Qiyamu Lail jam 3.30, semua itu tidak terasa. Melihat sie konsumsi yang selalu sibuk mengurus makanan dan menyiapkan makan 3 kali sehari dengan menu 4 sehat 5 sempurna; melihat logstran yang selalu angkat sana angkat sini serta selalu diminta beli ini dan itu; melihat PDD yang selalu sibuk dengan kamera, laptop dan printernya; melihat sia acara yang mondar – mandir dan berupaya membuat acara menarik dan bernilai; melihat humas yang setia menghubungi dan mendampingi pembicara; melihat remaja Birena yang selalu standby menjaga adik- adik; dan tentunya melihat BPH yang selalu berusaha menyemangati kami. Itu semua sangat melelahkan. Tapi sekali lagi, itu semua tidak terasa dan kita tiada berkeluh kesah. Mungkin inilah yang disebut dengan keikhlasan. Aku baru merasakan nikmat keikhlasan di IYC ini.
Di hari ketiga kami kedatangan tamu dari “10 Bersaudara Bintang Al Qur’an”. Hari ini memang cukup melelahkan karena acara utama kami adalah Rihlah ke Museum Al Qur’an dan Museum Teknologi di TMII. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat adik – adik untuk tetap meneriakkan jargon “Berlibur Ceria Bersama Al Qur’an”. Pada sesi ini, pemateri mengungkapkan tentang cara menghafal Al Qur’an dan menjaga hafalan itu sendiri. Dari 3 orang yang mewakili 10 Bersaudara Bintang Al Qur’an tersebut memaparkan bahwa 6 dari saudaranya sudah hafal Al Qur’an dan 4 lainnya yang masih berusia anak – anak sedang dalam proses. Subhanallah!kembali hatiku bergetar.
Hari keempat adalah hari terakhir. Ketika orang tua adik datang tak terasa air mataku berlinang. Empat hari bersama mereka begitu berharga untuk berakhir begitu saja. Hanya harapan dan do’a yang bisa kuucapkan, semoga mereka menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Di hari terakhir ini aku melihat semangat adik – adik dan kakak-kakak panitia yang semakin merasa dekat dengan Al Qur’an. Pengisi acara terakhir adalah Kak Adhi dari Pelatihan Rumah Qur’ani, Bandung. Beliau mengajarkan cara menghafal Al Qur’an dengan isyarat, dongeng, dan permainan. Begitu mengesankan. Bahkan ada orang tua adik yang meminta nomor HP Kak Adhi. Beliau memang sangat inspiratif.
Inilah hadiah terbesar IYC, Hafidz dan Hafidzah IYC. Tak disangka 2 di antara peserta IYC sudah ada yang hafal juz 30, mereka adalah Fikri dan Syifa, dan 1 orang sudah hafal juz 30 dan setengah juz 29 bernama Izzah. Merinding sekali aku mendengarnya, apalagi ketika mendengar Izzah membaca tilawah. Sebagai anak yang pernah meraih juara baca puisi, ia melantunkan ayat – ayat Al Qur’an dan terjemahannya dengan begitu indah pada acara wisuda IYC. Ternyata Izzah dan Syifa adalah kakak beradik dari keluarga ikhwah. Mereka mengaku kalau di antara mereka ada yang sudah hafal 10 juz, maka orang tuanya akan mengajak umrah ke istana suci. Subhanallah! Hal ini membuatku merasa malu, malu karena dengan usia yang lebih tua aku belum mampu menghafal Al Qur’an sebanyak hafalan mereka.
Hal yang paling istimewa adalah ketika ucapan terima kasih dari orang tua adik dating bertubi – tubi. Mereka mengatakan sekarang anaknya sudah rajin shalat malam, shalat shubuh, tilawah, hafalan, dll. Betapa perjuangan kami selama ini tidak sia – sia. Seluruh kerja sama panitia sangat bermanfaat untuk suksesnya acara ini. Yang kami harapkan bukanlah sekedar bertambahnya pengetahuan adik - adik tentang Al Qur’an tetapi output sejati yang kami impikan adalah bertambahnya ketaqwaan adik – adik kepada Allah SWT. Ini adalah Semangat IYC yang sebenarnya, Semangat untuk mencintai Al Qur’an dan berlibur bersama Al Qur’an serta menjadikan Al Qur’an sebagai sahabat terbaikku. Walaupun IYC sudah berakhir, insya Allah semangatnya akan selalu membara. Allahu Akbar !!! ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar